Selasa, 01 Juni 2010

Manusia dan Cinta Kasih

Cinta…

Jika kita dengar kata – kata itu maka akan teringat pada satu definisi dasar yang berhubungan dengan persaan yang mungkin dapat mengingatkan kita pada seseorang yang memilki arti khusus dalam diri atau hidup kita. Persaan itu “Cinta” pasti akan datang pada diri setiap manusia ditampik atau tidak. Nurani setiap manusia pasti akan mengakui tentang perasaan yang satu itu ”Cinta” hanya saja mulutlah yang berkata bohong.

Cinta hanya datang pada mahluk Tuhan yang bernama manusia karena pada diri setiap diri manusia akan selalu diimbangi oleh akal dan nafsu. Dan cinta tidak akan pernah datang pada mahluk Tuhan lainnya karena mereka “Mahluk Tuhan Selain manusia” hanya memilki nafsu saja atau bahkan tidak sama sekali. Sebagai contoh sederhana malaikat, ia hanya memilki kebaikan saja dan selalu beribadah pada Tuhan begitu pula Iblis yang hanya memilki nafsu keburukan “menghasut dan selalu mengajak kita “manusia” agar mengikuti jalannya”. Kebaikan dan keburukan tersebut dapat dikategorikan kedalam nafsu atau emosionalitas. Pada binatang dan tumbuhanpun demikan. Hewan atau binatang hanya memilki nafsu dan bukan cinta karena pada hewan atau binatang didak disertai akal dan nurani.

Perasaan yang berawal dari pandangan mata hingga turun kehati merupakan bagian dari hidup dan kehidupan manusia, yang esensinya dapat melahirkan kreatifirtas dan cipta atau hasil karya melalui proses akhir, yaitu tanggung jawab. Cinta pada dasarnya dapat dikatakan sebagai budaya yang menggunakan perasaan serta akal sehat.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang dituangkan dalam goresan kertas dan kanvas seperti seni lukis dan gambar.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang memadukan irama dan nada dalam satu dinamisasi yang dikenal sebagai lagu dan seni musik.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni melalui goresan pena yang disebut sajak, pantun atau novel.

Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang menggabungkan antara medidisasi nada dan goresan pena yang melahirkan drama, film dan lain sebagainya.

Dan dari sebuah cintalah dapat melahirkan tanggung jawab, baik pada pasangan atau orang yang kita cintai atau pada lainnya, maka

Dari sebuah cintalah terlahir manusia – manusia baru yang menghuni semesta kita ini.

Ungkapan yang ditimbulkan dari satu kata cinta tentulah tidak dapat dilepaskan dari suatu media perantara yang dapat menggambarkan dan memvisualisasikan serta mendefinisikan tentang perasaan “Cinta” tersebut, baik melalui alat komunikasi “bahasa” yang melahirkan sajak, puisi dan lain sebagainya atau bahkan yang meng-irama-kan nada dan shimpony.

Jika kita berbicara mengenai cinta maka itupun tidak dapat dipisahkan dengan unsur – unsur seni dan kebudayaan yang ada. Cinta sama dengan budaya yaitu suatu rasa, karya dan karsa.

Cinta bukanlah suatu monopoli orang dewasa saja tetapi cinta juga dapat hadir pada anak kecil tanpa memandang siapa, dari mana, warna kulit dan lain sebagainya. Karena cinta pada dasarnya merupakan suatu rasa yang sangat sulit untuk diungkapkan, baik dengan kata atau nada. Cinta itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari kasih dan sayang karena keduanya “antara kasih dan sayang” merupakan aplikasi lanjutan atau esensi dari sebuah kata cinta melalui beberapa kata dalam bentuk kasih, sayang, pemujaan dan lainnya yang kesemuanya akan dibalut dalam satukata tingkat tinggi, yaitu tanggung jawab.

Cinta itu sendiri memilik unsur – unsur yang mempengaruhinya. Dengan kata lain penunjang sebagai pembuktian dari pengorbanan karena cinta syarat akan pengorbanan. Seperti ; Tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, pengertian saling percaya dan terbuka dan masih banyak lagi.

Muhamad Iqbal. eorang philosof Pakistan mengatakan tentang cinta. Cinta dimata Iqbal memiliki dimensi spiritual yang dinamakan Isyq-o muhasbat yang memberikan daya kreatifitas yang hidup dan sebagai berdirinya suatu pribadi dan kepribadian. Dimana cinta menduduki urutan pertama dalam tariqh (suatu jalan, cara atau ikhtiar) hingga menuju penyempurnaan diri dan pensucian hati. Cinta menurutnya juga merupakan stasiun terakhir yang terletak pada Tuhan yang bersifat fundamental.

Definisi tepat yang dapat menggambarkan tentang cinta sangatlah sulit untuk dijelaskan secara terperinci dan sempurna, karena jika api cinta sudah berlobar maka akan sangat sulit untuk dipadamkan. Cinta merupakan kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan fungsi – fungsi kecerdasan emosional dan secara spiritualitas dapat menembangkan potensi – potensi orang yang sedang mengalaminya.

Sumber : kompasiana

Manusia dan Keindahan

A. PENGERTIAN KEINDAHAN

Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebaginya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.

Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah Keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.

B. PENGERTIAN KESENIAN

Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.

Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Moderen adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya adalah semat-mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figure yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya “mungkin”. Dengan kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam.

Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa”. Ini pun hanya ada pada setelah jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek individulistis.

C. PENGERTIAN ALIRAN KESENIAN

Aliran kesenian merupakan bagian dari kesenian yang ada yang telah berkembang di budaya kita sesuai dengan daerah masing-masing.

Dari kata aliran kita dapat mangartikan bahwa aliran adalah suatu keyakinan atau suatu peminatan terhadap suatu seni yang menurut suatu koloni itu benar. Dan biasanya mereka melakukan dan menjalankan suatu aliran tersebut karena faktor turunan atau pembawaan dari nenek moyang mereka.

D. RENUANGAN, KESERASIAN, DAN KEHALUSAN

Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau

memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologik. Renungan merupakan suatu tindakan mengintropeksi diri, terkadang kita baru sadar dan menyesal dengan apa yang telah kita lakukan setalah kita melakukan perenungan, perenungan biasanya berkaitan dengan bahasa hati, tanpa paksaan dan ancaman.

Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah. Atau disesuaikan dengan kulitnya. Apabila cara memadu itu kurang cocok, maka akan merusak pemandangan. Sebaliknya, bila serasi benar akan membuat orang puas karenanya. Atau orang yang berkulit hitam kurang pantas bila memakau baju warna hijau, karena warna itu justru menggelapkan kulitnya. Pertentanganpun menghasilkan keserasian. Misalnya dalam dunia musik, pada hakekatnya irama yang mengalun itu merupakan pertentangan suara tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut. Karena itu dalam keindahan ini, sebagian ahli pikir menjelaskan, bahwa keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas / pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance), dan keterbalikan (contrast). Selanjutnua dalam hal keindahan itu dikatakan tersusun dari berbagai keselarasan dan keterbalikan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang serasi dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Filsuf Ingris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauti is unity of formal relations among our sence-perception). Pendapat lain menganggap pengalaman estetik suatu keselarasan dinamik dari perenungan yang menyenangkan. Dalam keselarasan itu seseorang memiliki perasaan-perasaan seimbang dan tenang, mencapai cita rasa akan sesuatu yang terakhir dan rasa hidup sesaat di tempat-tempat kesempurnaan yang dengan senang hati ingin diperpanjangnya.

Kehalusan merupakan sikap yang lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam bertutur kata, lembut dalam bersikap. Sikap halus dan lembut merupakan cermin hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Kehalusan sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita saat ini untuk menciptakan dunia yang cita damai.

Sumber : 41215c4l177.wordpress.com

Manusia dan harapan : Gairah Mengatasi Kesulitan

Setiap manusia di dunia ini pasti memiliki masalah masing-masing yang berbeda. Antara satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Tiap manusia pasti merasa bahwa hanya merekalah makhluk yang paling malang dan sial karena masalah yang mereka alami begitu berat.
Sadarlah, kawan. . . Tidak semua yang kita rasakan ialah yang terburuk dari pada orang lain. Bersyukurlah dengan segala sesuatu yang masih kita miliki karena belum tentu orang lain juga memilikinya. Serta percaya bahwa Allah selalu memberikan jalan yang terbaik bagi hamba-Nya atas tiap-tiap masalahnya. Allah tidak akan memberikan suatu cobaan kepada hamba-Nya diluar batas kemampuan hamba-Nya. Maka dari itu sudah sepantasnya kita memiliki semangat yang tinggi untuk mengatasi setiap masalah yang datang dalam kehidupan kita yang datang silih berganti. Percaya dan yakin bahwa masalah tersebut pasti ada jalan keluarnya. tentunya dengan melakukan berbagai usaha agar masalah tersebut terselesaikan.
Namun apabila masalah tersebut belum juga terselesaikan, maka janganlah berputus asa. Karena sejatinya setiap masalah pasti mempunyai jalan keluar. Ada awal pasti ada akhir. Ada hulu pasti ada hilir. Hanya jalan dan waktu saja yang akan membuktikan keduanya.
Maka dari itu apabila kita mendapatkan suatu masalah, hendaklah kita selesaikan dengan penuh semangat dan kesabaran. Agar masalah tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Namun jika masalah tersebut telah terselesaikan, jangan jadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang telah lalu. Tetapi jadikanlah hal tersebut sebagai sebuah pengalaman yang berharga. Jadikanlah pengalaman tersebut sebuah pembelajaran yang membuat pribadi kita menjadi lebih baim lagi. Serta apabila kita bertemu dengan masalah yang lebih sulit lagi dari sebelumnya, janganlah langsung berputus asa. Berusahalah untuk menyelesaikannya. karena dengan semangat tersebut akan tercipta pribadi yang akan lebih baim pada diri kita.
rekomendasi :
http://dewiibawell.blogspot.com/2010/05/gairah-mengatasi-kesulitan.html

Sumber : grafityindonesia.wordpress.com

Manusia dan Harapan : Kepercayaan Diri

Dalam bahasa gaul harian, pede yang kita maksudkan adalah percaya diri. Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang merasa telah kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal krisis diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Ada juga orang yang merasa belum pede dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang ditekuninya. Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir itu normal dalam arti dialami oleh semua manusia.

Sebenarnya apa sih yang kita maksudkan dengan istilah pede/kepercayaan diri itu?

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.

Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

Kalau melihat ke literatur lainnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede/kepercayaan diri yaitu ada empat macam, yaitu :

  1. Self-concept : bagaiman Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.
  2. Self-esteem : sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda.
  3. Self efficacy : sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
  4. Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005)

Berdasarkan itu semua, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai berikut :

a. Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh.
b. Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
c. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
d. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
e. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)
f. Canggung dalam menghadapi orang
g. Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan
h. Sering memiliki harapan yang tidak realistis
i. Terlalu perfeksionis
j. Terlalu sensitif (perasa)

Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.


Sumber : ilmupsikologi.wordpress.com

Manusia dan Kegelisahan : Ketidakpastian

Minggu lalu saya membaca sebuah catatan yang dibuat oleh salah seorang terkenal di kota saya. Selain sebagai pejabat di Propinsi Kalimantan Timur, Beliau juga adalah Rektor sebuah universitas.

Tulisan itu tentang ketidakpastian dalam hidup, mungkin karena saat ini Beliau sedang menghadapi cobaan yang cukup berat maka catatan itu dibuat. (Semoga Allah SWT memberikan kekuatan lahir bathin untuk Beliau dan keluarga serta memberikan jalan keluar dari masalah tersebut)

Kita semua pasti setuju bahwa dalam menjalani kehidupan ini kita selalu beriringan dengan satu hal yang namanya KETIDAKPASTIAN. Pada dasarnya kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi pada diri kita dimasa yang akan datang. Tidak usah sampai satu bulan atau satu tahun yang akan datang, beberapa menit kedepan pun kita tidak bisa memperkirakan apa yang bakal terjadi.

Semua kemungkinan bisa terjadi, sebuah kegagalan, datangnya musibah didalam keluarga, bencana alam bahkan kematian, kita tidak pernah tahu dengan pasti kapan datangnya.

Demikian juga sebaliknya kita tidak bisa memastikan secara pasti tentang keberhasilan, pencapaian ataupun kesuksesan.

Ada banyak nasehat yang mengatakan bahwa untuk meminimalkan ketidakpastian maka yang bisa kita lakukan adalah MEMBUAT PERENCANAAN DAN PERSIAPAN YANG BAIK.

Baiklah, kita mungkin bisa membuat perencanaan tentang sebuah kesuksesan dengan menyusun sebuah persiapan dan tindakan-tindakan dengan teliti serta detail. Atau paling tidak dengan perencanaan itu kita bisa memperkecil terjadi kegagalan. Tetapi tetap saja kepastian seratus persen itu belum tentu bisa kita dapatkan.

Manusia dalam perhitungannya mencoba menyebutkan selisih antara rencana dan kenyataan ini dengan sebutan penyimpangan atau deviasi, itu adalah proses ilmiah untuk membenarkan adanya sesuatu yang unpredictible.

Sebagai umat beragama, maka kita bisa meyakini bahwa dari setiap ketentuan Allah akan selalu ada hikmah baiknya.

Bisa kita bayangkan seandainya KETIDAKPASTIAN tidak pernah ada dan yang ada hanyalah KEPASTIAN, pastinya akan mengerikan. Kita tahu secara pasti kapan datangnya suatu musibah atau kita akan mengetahui sejak awal bahwa usaha kita pasti akan mengalami kegagalan, bahkan kita bisa mengetahui dengan pasti kapan waktunya kematian datang menjemput kita.

Tentunya manusia akan malas untuk berusaha, takut untuk mencoba dan selalu terpuruk dalam rasa putus asa atau mungkin saja menjadi stress dan depresi karena bayangan kegagalan dan hal-hal buruk yang telah kapan datangnya.

Maka hikmah dari KETIDAKPASTIAN adalah untuk mengingatkan kita agar selalu ingat kepada Sang Pencipta, agar selalu sadar bahwa usaha tidak akan bisa terjadi Ijin dan tanpa Kehendak serta Ridha-NYA. Dengan demikian akan timbul keikhlasan dan ketenangan, tawakal dan sabar terhadap segala kemungkinan. Sehingga rasa tertekan dan depresi karena ketidak pastian itu bisa dihilangkan.

Ketidakpastian menuntun manusia agar selalu membuat perencanaan dan mempersiapkan dirinya dalam setiap usaha dan upaya, selalu ingat untuk mengevaluasi dan instrospeksi diri, selalu memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, karena manusia tidak bisa menyelesaikan segala masalahnya sendiri, manusia memerlukan orang lain.

Ketidakpastian membuat kita peka dengan ancaman dan pandai melihat peluang dan bisa mendorong manusia untuk tegar dan kuat sehingga mampu bertahan dalam krisis kehidupannya.

Jadi intinya KETIDAKPASTIAN adalah tanda cinta kasih Allah SWT kepada seluruh mahluk-NYA. Agar manusia terus mempunyai ASA & HARAPAN serta terus ber SEMANGAT memperjuangkan kehidupannya.


sumber : berandahati.com

Manusia dan Kegelisahan : Kesepian

Tentang Soe Hok Gie dan film Gie
Menonton film Gie adalah menonton potret manusia kesepian. Gie, atau Soe, adalah panggilan Soe Hok Gie, seorang aktivis dan mahasiswa idealis tahun 60an yang banyak menulis, menyuarakan ketidakadilan dan mengkritik pemerintah. Ia juga mahasiswa pecinta alam yang merasa perlu mereguk kekuatan di gunung ketika susah dan bahkan mati muda di puncak Gunung Semeru, yang sekarang masih menyimpan tugu kenangan dengan namanya.
Catatan harian Gie diterbitkan menjadi buku Catatan Seorang Demonstran oleh LP3ES dan menjadi buku ‘wajib baca’ bagi aktivis mahasiswa. Buku ini kemudian menjadi dasar film Gie. Dalam buku itu terekam betul jiwa Soe Hok Gie yang gelisah dan penuh pemberontakan bahkan sejak masih sangat muda, yang membuatnya jadi kelihatan berbeda dari teman-teman sebayanya. Buku milikku yang sudah tua, kertasnya menguning dan gampang sobek inilah yang kuambil dari rak dan kubaca kembali setelah menonton film Gie.
Gie, lahir tahun 1942 di sebuah keluarga Tionghoa, dari ayah yang seorang sastrawan. Ayah yang digambarkan apatis dalam film itu sebetulnya adalah seorang sastrawan besar pada jamannya. Gie adalah adik Soe Hok Djien alias Arief Budiman, seorang intelektual Indonesia yang vokal. Sejak mudanya Gie memang sudah kelihatan berbeda dari anak-anak lain, dia punya jiwa yang berani menyuarakan apa yang dianggapnya sebagai kebenaran, bahkan kalau itu harus membuatnya bergesekan dengan ‘kekuasaan’, yang dalam hal seorang anak SMP adalah guru-guru dan pejabat sekolah. Selain protesnya terhadap guru yang tidak mau disalahkan, catatan hariannya semasa SMP masih mencatat hal-hal sehari-hari yang dialami seorang anak SMP. Perubahan besar terasa setelah dia belajar di tingkat berikut di SMA Kanisius – bacaannya makin serius, pemikirannya makin tajam dan protesnya makin lantang. Patut dikagumi keberaniannya menyuarakan kritik pada pemerintah di umurnya yang baru 17an tahun – ingat, ini adalah jaman yang belum begitu terbuka. Tapi jadi terasa betapa makin berbedanya si kutu buku Gie dengan anak seusianya.

Semasa kuliah di Fakultas Sastra UI kemampuannya makin di asah. Ia makin lantang dan makin tajam. Mungkin pendapat-pendapatnya bukan tanpa kesalahan, tapi semangatnya yang luar biasa dan kepekaannya pada kemiskinan serta pembelaannya pada rakyat membuat protesnya bergema. Di tengah kisruhnya suasana politik saat itu, ia juga ikut turun ke jalan, karena menurutnya lebih baik mahasiswa turun sebelum rakyat akhirnya tak tahan dan memberontak menghasilkan chaos.

Gambaran masa kuliah Gie di dalam film mengingatkanku pada masa-masa di kampus dulu. Di tahun 90an di UGM politik aliran seperti yang terlahir di jaman Gie masih ada. Mahasiswa terpecah-pecah, terutama saat-saat pemilihan anggota Himpunan Mahasiswa dan Senat. Kampus jadi terkota-kotak dalam warna-warni merah, hijau, putih dan entah warna lain. Gie jadi teladan yang baik karena bisa berdiri di tengah, tidak kanan maupun kiri.

Pada jamanku kuliah dulu mahasiswa yang tidak terjun ke ‘politik kampus’ sering dicibir. Mereka-mereka yang ‘hanya’ giat di bidang kesenian atau olahraga sering dianggap apatis. Padahal Gie menunjukkan bahwa membawa bendera Mapala yang merangkul semua orang bukan berarti tidak punya perhatian terhadap masalah bangsa. Malah sebaliknya, ia membesarkan Mapala UI tapi juga tidak melepaskan dari persoalan-persoalan bangsa.

Gie si manusia yang kesepian bukan tidak punya teman. Temannya banyak dan setia padanya. Ia kelihatan kesepian karena ia begitu kelihatan berbeda dari orang-orang di sekitarnya, karena kekeraskepalaannya untuk selalu bersikap oposisif dan mengoreksi pemerintah atau lingkungan tempat dia berada, termasuk di lingkungan FSUI tempat dia akhirnya mengajar. Dalam film kesepian Gie tergambarkan dengan berjalan sendirian di lorong-lorong kampus. Kata-kata Gie yang paling terkenal mungkin adalah kutipan ini: "Seorang filsuf Yunani pernah menulis ... nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda." Dan akhirnya dia pun mengalami itu, mati muda. Tapi setelah banyak berkarya, menulis dan menulis. Perjuangan dan pemikiran Gie diingat dan dikenal karena dilahirkan dalam bentuk tulisan. Mungkin banyak mahasiswa lain sejamannya yang idealis dan juga berjuang, tapi tidak lagi diingat karena tidak melahirkan tulisan. Satu contoh lain intelektual muda yang diingat karena banyak menulis adalah Ahmad Wahib, yang bukunya Pergolakan Pemikiran Islam juga jadi bacaan ‘wajib’ aktivis mahasiswa.
Menonton film Gie sempat membawa kenangan ketakutan, karena ada saat-saat yang mengingatkan pada film Pemberontakan G30S PKI yang dulu saat SD setiap tahun harus kutonton bersama teman-teman sekelas, dan selalu menimbulkan mimpi buruk di malam harinya. Suasana gelap penuh asap rokok dan lirikan-lirikan tajam penuh curiga mewakili suasana ketidakpastian di sekitar tahun 1965, saat mana lawan mana kawan tidak jelas kelihatan. Dalam catatan harian Gie yang dibukukan, tidak ada catatan peristiwa-peristiwa sekitar tahun 1965. Tokoh Han sahabat karibnya ketika kecil dalam film yang kemudian menjadi anggota PKI dan hilang tak tentu rimbanya juga tidak ada
Film Gie jadi terasa melengkapi bukunya. Film ini menunjukkan kehidupan Gie sebagai manusia, bukan cuma Gie sang idola. Tentu saja si Gie manusia yang ditunjukkan dalam film ini adalah Gie menurut interpretasi sutradara Riri Riza. Kisah cintanya yang tertuang di catatan hariannya agak berbeda dengan yang ditunjukkan dalam film. Dalam film juga kelihatannya hubungannya dengan Djien (Arief) kaku sekali, padahal dari buku aku menganggap mereka cukup dekat. Mungkin perbedaan-perbedaan ini adalah bagian interpretasi Riri Riza atau bisa juga merupakan masukan dari keluarga dan teman-teman Gie yang memberi masukan untuk film ini.
Karena dibuat dari catatan harian, aliran cerita yang ditampilkan kadang agak terputus-putus. Juga kadang dialog Gie jadi terasa seperti monolog. Tapi film ini menampilkan gambar-gambar indah dengan komposisi yang bagus dan permainan cahaya yang menarik, patut diatungi jempol. Potret Gie yang membaca buku di ruang kumuh rumahnya dengan cahaya samar dari jendela kelihatan begitu puitis. Rekonstruksi kehidupan Indonesia tahun 1960an juga bagus, lengkap dengan mobil-mobil tuanya. Walaupun latar belakang kisah adalah di Jakarta, shooting dilakukan di Jakarta dan Semarang dan ini bisa dilihat dengan jelas oleh kami dari Sahabat Museum yang bisa mengenali dengan jelas daerah-daerah Kota Lama Semarang.
Keberanian sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana untuk mengangkat film ini patut dikagumi. Di sini mereka menampilkan bendera PKI yang bagi sebagian masyarakat dan pemerintah kita masih jadi momok. Juga adegan pembantaian orang-orang yang dianggap pengikut PKI, mungkin baru pertama kali terlihat dalam sebuah film Indonesia. Selain itu film ini yang diakui sendiri oleh Mira sebagai bukan film komersial ini dibuat dengan biaya mahal.
Ada kompromi-kompromi yang harus dibuat tentunya. Budaya pop jadi mau tak mau terasa karena wajah pemeran Nicholas Saputra yang identik dengan potret anak muda masa kini, yang jelas bukan potret Gie. Tapi bisa dimaklumi – wajahnya menjadi daya tarik untuk film ini, dan menjadi penyeimbang tempo film yang lambat dan durasinya yang panjang. Tapi bahkan wajah Nicholas pun tidak bisa menahan sebagian penonton keluar dari gedung bioskop sebelum selesai. Memang banyak penonton kita yang sudah terlalu terbiasa dengan tempo cepat film-film Hollywood sehingga kurang bisa menonton film-film alternatif seperti ini.

Mungkin ada banyak aktivis dan intelektual yang merasa kesal karena pem-budayapop-an kisah Soe Hok Gie, seperti mengapa buku Catatan Seorang Demonstran harus dicetak ulang dengan gambar sampul seorang Nicholas Saputra, yang jelas-jelas bukan Gie. Tapi semoga dengan itu jadi lebih banyak lagi orang yang mau membaca buku Gie. Karena akan baik kalau profil Gie semakin dikenal. Semangat dan idealismenya bisa jadi teladan yang baik buat kita.

Sumber : my-musings.blogdrive.com

Manusia dan Tanggung Jawab serta Pengabdian : Kesadaran

pastinya di dunia ini terdapat tingkatan-tingkatan, seperti tingkatan sekolah, tingkatan jabatan pekerjaan dan lainnya. namun dalam hal ini saya akan membahas tingkatan-tingkatan manusia dalam hal kesadaran.

Tingkatan – tingkatan Manusia dalam hal kesadaran adalah :

  1. Yang terpenting adalah diri sendiri ! , apapun yang terjadi biarpun orang lain susah , sedih , duka . Orang yang type ini tidak akan terpengaruh asal tidak terusik dirinya dia tidak perduli !! Ini adalah Kesadaran dasar ( Ego )
  2. Mau memberi kalau di beri !! , yang type ini kesadaran tingkat kedua . Dimana orang Type ini sifatnya menunggu orang lain , kalau dia diberi baru dia akan memberi dan sebaliknya kalau tidak diberi diapun tidak akan memberi.
  3. Kalau memberi akan mendapat !! , ini kesadaran tingkat Tiga . Mereka berkeyakinan bahwa pemberian mereka akan kembali kepada mereka pula. Ibarat orang beli pasti dapat barang , ibarat orang bekerja pasti dapat upah . Mereka memberi tapi berharap kembali.
  4. Yang penting adalah memberi !! , Ini adalah kesadaran tingkat ke Empat , kesadaran inilah yang orang banyak mengenal dengan nama tulus , ikhlas dst. Beliau tidak pernah berfikir dapat apa ? , tapi yang beliau fikirkan adalah apa yang dapat diperbuat ? apa yang dapat dilakukan ? untuk kebaikan semua orang . Tanpa memandang siapa ?, dan kenapa? apa lagi akan mendapat apa ?!

Ini Universal dan realistis !! Kesadaran mana yang kita punya ? Itulah yang membedakan derajat kita dihadapan Tuhan. Di samping Ilmu dan Amal yang kita miliki……

sumber : mpu4elcom